OBAT JANTUNG (KARDOTONIKA)
OBAT JANTUNG (KARDOTONIKA)
A.
Pengertian Jantung
Jantung adalah
organ terpenting dalam tubuh manusia dan mempunyai ukuran sebesar kepalan
tangan. Jantung memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Secara
rata-rata, jantung manusia berdenyut 72 kali dan memompa 4 hingga 7 liter
darah.
Jantung berbentuk seperti
pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks (superior-posterior:C-II)
berada di bawah dan basis ( anterior-inferior ICS – V) berada di atas. Pada
basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah
dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler terletak di
sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae
tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat
memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa
sekitar 250-350 gram.
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
1.
Atrium dekstra: Terdiri
dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian dalamnya membentuk
suatu rigi atau Krista terminalis.
a.
Muara atrium kanan
terdiri dari:
·
Vena cava superior
·
Vena cava inferior
·
Sinus koronarius
·
Osteum atrioventrikuler
dekstra
b.
Sisa fetal atrium
kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
2.
Ventrikel dekstra:
berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikel dekstrum dan
dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan
jauh lebih tebal dari atrium kanan terdiri dari:
a.
Valvula triskuspidal
b.
Valvula pulmonalis
3.
Atrium sinistra:
Terdiri dari rongga utama dan aurikula
4.
Ventrikel sinistra:
Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan
dengan aorta melalui osteum aorta terdiri dari:
a.
Valvula mitralis
b.
Valvula semilunaris
aorta
B.
Gangguan/Penyakit
Jantung
1.
Pengertian
Penyakit Jantung Penyakit
kardiovaskular atau yang biasa disebut penyakit jantung umumnya mengacu pada
kondisi yang melibatkan penyempitan atau pemblokiran pembuluh darah yang bisa
menyebabkan serangan jantung, nyeri dada (angina) atau stroke. Kondisi jantung
lainnya yang mempengaruhi otot jantung, katup atau ritme, juga dianggap bentuk
penyakit jantung (American Heart Association, 2017).
2.
Jenis-jenis
Penyakit Jantung
Menurut WHO
(2016) ada beberapa jenis penyakit jantung, antara lain adalah:
a.
Penyakit
Jantung Koroner
Penyakit
jantung koroner adalah kelainan pada pembuluh darah yang menyuplai otot
jantung. Kondisi yang menjadikan jantung tidak dapat memompa darah dengan baik
merupakan hal yang sangat menakutkan untuk dialami manusia pada umumnya.
Menjalani pemeriksaan rutin merupakan tindakan utama untuk dapat terhindar dari
terkena serangan penyakit jantung koroner ini.
Gejala:
·
Nyeri dada.
·
Tertekan di daerah
dada.
·
Rasa berat di dada.
·
Rasa mual atau nyeri
ulu hati.
·
Keringat Dingin.
·
Rasa terbakar
Obat-obat
:
a)
Pengencer darah antiplatelet,
kecuali pada pasien dengan gangguan pembekuan darah. Antiplatelet dapat
membantu mencegah pembekuan darah, dan menurunkan risiko angina serta serangan
jantung. Contoh obat ini adalah aspirin dan clopidogrel.
b)
Statin berfungsi
menurunkan kolesterol tinggi, dengan membuang LDL dari darah, sehingga
memperlambat perkembangan penyakit jantung. Contoh obat statin yang biasa
diresepkan adalah atorvastatin dan simvastatin.
c)
Obat penghambat enzim
pengubah angiotensin (ACE inhibitors) – Jenis obat ini digunakan untuk
mengobati hipertensi, di antaranya captopril dan enalapril.
d)
Angiotensin II receptor
blockers (ARB) – Fungsi obat ini sama seperti ACE inhibitors, yaitu mengatasi
hipertensi. Contohnya adalah valsartan dan telmisartan.
e)
Penghambat beta (beta
blockers) – Obat ini berfungsi mencegah angina dan mengatasi hipertensi.
Contohnya adalah bisoprolol dan metoprolol.
f)
Nitrat – Nitrat
berfungsi melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jantung
meningkat, dan jantung tidak memompa darah lebih keras. Salah satu jenis nitrat
adalah nitrogliserin.
g)
Antagonis kalsium –
Obat ini bekerja melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun.
Contohnya adalah verapamil dan diltiazem.
h)
Diuretik – Jenis obat
ini bekerja mengurangi kadar air dan garam dalam darah melalui urine, dan
melebarkan pembuluh darah agar tekanan darah menurun.
b.
Aritmia
Aritmia
adalah gangguan ritme yang dapat berupa kelainan dalam frekuensi denyut jantung,
dimana serambi atau bilik berdenyut lebih cepat atau lebih lambat dari normal. Begitu
pula penyaluran impuls dapat terganggu karena hipertensi atau kebocoran katup jantung
dengan antara lain kemungkinan terjadinya AV Block.
Aritmia
sering kali berlangsung dengan selang seling (intermitten) dan tidak selalu dirasakan
oleh pasien. Untuk diagnosanya selalu diperlukan analisis ECG
(electrocardiogram). memperlihatkan gambaran gangguan ritme jantung akibat
rangsang tidak sampai ke bilik, tetapi hanya berputar di serambi karena terjadi
blok AV. Terlihat impuls tidak menyebar dengan baik di ventrikel sehingga
saling berlawanan dan juga terjadi impuls abnormal yang dapat menimbulkan
kekacauan.
Pengobtan:
1)
Obat yang efektif pada
aritmia supraventrikular (kanan atas), antara lain:
a)
Adenosin menstimulsi
reseptor adenosin A1 dan membuka K+ yang sensitif terhadap Ach. Adenosin
intravena digunakan untuk menghentikan takikardia supraventricular akut.2 Efek
samping dari Adenosin : Efek CV (kemerah-merahan), Efek CNS (sakit kepala,
lightheadedness), Efek berturut-turut (dyspnea, dada terasa tidak nyaman), Efek
lainnya (ketidaknyamanan di kepala, leher dan rahang). Penggunaan adenosin
harus didindari terhadap pasien dengan penyakit bronchoconstrictive hati.
b)
Digoksin menstimulsi
aktivitas vagus, menyebabkan pelepasan Ach. Digoksin intravena digunakan pada
terapi flutter atrium cepat yang terkontrol dan fibrilasi atrium.2 Efek
samping: Mual, ruam kulit, pusing, pandangan buram, diare.15 Penggunaan
digoksin ini sebaiknya dihindari pada penderita gangguan
c)
Varapamil. Bekerja
dengan memblok kanal kalsium tipe L dan mempunyai efek khusus yang sangat kuat
pada AVN, di mana kondisi seluruhnya tergantung pada spike kalsium.2 Saat ini
varapamil tersedia dalam bentuk varapamil hidroklorida sebagai tablet untuk
penggunaan oral maupun dalam bentuk larutan untuk penggunaan injeksi intra
vena.
2)
Obat yang efektif pada
aritmia ventrikular (kiri bawah), antara lain:
a)
Obat golongan 1B (lidokain)
memblok kanal Na+ (inaktif) yang tergantung tegangan. Lidokain yang diberikan
secara intravena digunakan pada terapi aritmatik ventrikular, biasanya setelah
infark miokard akut. Pada jaringan jantung normal, lidokain mempunyai efek
kecil karena cepat terisolasi (<0,5 detik) dari kanal Na+, yang selanjutnya
pulih kembali selama diastol. Akan tetapi pada daerah iskemik, di mana anoksia
menyebabkan depolarisasi dan aktivitas aritmogenik, banyak kanal Na+
terinaktivasi sehingga rentan terhadap lidokain. Efek samping: pusing,
kesemutan, atau mengantuk (terutama bila injeksi terlalu cepat), efek SSP
lainnya (bingung, depresi pernapasan dan konvulsi), hipotensi dan bradikardia
(sampai terjadi henti jantung); hipersensitivitas.20
3)
Obat yang efektif pada
kedua jenis aritmia supraventrikular dan ventrikular, antara lain:
a)
Obat golongan 1A (kuinidin,
disopiramid) bekerja dengan memblok kanal Na+ (yang terbuka) yang tergantung
tegangan. Obat ini memperlambat fase 0 dan memperpanjang periode refrakter
efektif. Obat golongan 1A menghasilkan blok yang tergantung frekuensi
(penggunaan). Selama diastol ketika kanal Na+ tertutup, obat golongan 1A
mengalami disosiasi yang relatif lambat (>5 detik) sehingga bila
frekuensinya tinggi obat tetap terikat pada kanal dan tidak dapat memberi
kontribusi terhadap potensial aksi.
b)
Obat golongan 1C (flekainid)
terdisosiasi sangat lambat dari kanal Na+ (10-20 detik) dan menekan kuat
konduksi pada miokard. Flekainid terutama digunakan sebagai profilaksis
fibrilasi atrium paroksismal, tetapi mempunyai efek inotropik negatif dan bisa
menyebabkan aritmia ventrikular yang serius. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Sung Soon Kim, MD dkk pada pasien mereka, flekainid ini berhasil
mencegah terulangnya takikardia supraventrikular nonreentrant dengan
mempertahankan konduksi jalur cepat yang terus berlanjut selama tindakan lanjutan
jangka panjang.
c)
Obat Golongan III
Bekerja dengan memperlambat repolarisasi dan memperpanjang potensial aksi serta
periode rerfrakter pada semua jaringan jantung (amiodaron)
c.
Penyakit
Arteri Perifer
Penyakit
arteri perifer adalah sebuah kondisi penyempitan pembuluh darah arteri yang
menyebabkan aliran darah ke kaki menjadi tersumbat. Penyempitan ini disebabkan
oleh timbunan lemak pada dinding arteri yang berasal dari kolesterol atau zat
buangan lain (artheroma). Dalam kondisi ini, kaki tidak menerima aliran darah
yang memadai sehingga kaki terasa sakit, terutama saat berjalan (klaudikasio).
Kendati demikian, penyakit arteri perifer yang paling ringan sekali pun
mengindikasikan adanya masalah pada arteri di bagian lain pada tubuh, khususnya
jantung.
Gejala
: Pada
awalnya penderita penyakit arteri perifer tidak mengalami gejala apapun, atau
hanya merasakan gejala ringan, seperti kram, tungkai terasa berat, kebas, atau
nyeri. Nyeri yang dirasakan akan bertambah buruk ketika penderita beraktivitas
(misalnya berjalan atau naik tangga), dan akan reda setelah penderita
beristirahat. Kondisi ini disebut juga klaudikasio.
·
Kaki terasa dingin dan
membiru (tampak pucat).
·
Muncul luka di kaki
yang tidak kunjung sembuh.
·
Kaki menghitam dan
membusuk.
Obat-obat:
a)
Obat untuk kolesterol,
misalnya simvastatin. Obat ini berfungsi menurunkan kolesterol.
b)
Obat untuk hipertensi,
misalnya obat jenis ACE inhibitor. Obat ini diberikan untuk menurunkan tekanan
darah.
c)
Obat untuk diabetes,
misalnya metformin. Obat ini diberikan untuk menurunkan kadar gula darah.
d)
Obat pengencer darah,
misalnya aspirin atau clopidogrel. Obat ini berfungsi untuk mencegah penumpukan
gumpalan darah di pembuluh arteri yang menyempit.
e)
Obat untuk melebarkan
pembuluh darah, misalnya cilostazol atau pentoxifylline. Obat ini mengembalikan
aliran darah kembali lancar.
d.
Gagal
jantung
Gagal
jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga tidak
bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh pada tekanan yang tepat.
Penyebab
: infark, kerusakan katup, gangguan ritme
dan hipertensi.
Gejala
: sesak napas(dyspnoe), yang semula pada
waktu mengeluarkan tenaga, tetapi dalam kasus yang lebih berat, juga pada saat
istirahat (berbaring). Begitu pula udema di pergelangan kaki dengan vena
memuai, karena darah balik terlambat kembalinya ke jantung.
Pengobatan:
a)
Diuretika mengeluarkan
kelebihan cairan sehingga pembebanan jantung berkurang, untuk ini banyak
digunakan diuretikum kuat furosemida (oral 3-4dd 800-500mg), atau untuk efek
cepat intravena 500mg i.v. Bila furosemida tidak menghasilkan efek secukupnya
(resitensi diuretika),maka dapat di tambahkan thiazida.
b)
Glikosida jantung
(digoksin) memperkuat daya-kontraksi jantung yang lemah, sehingga memperkuat
fungsi pompa. Sering kali diuretika dikombinasi dengan digoksin, yang juga
berdaya mengatasi resistensi diuretika dengan jalan memperbaiki Volume-menit jantung.
Zat-zat inotrop positif lainnya, seperti dopaminergika (dopamin, ibopamin, dan
lain-lain, tidak di anjurkan. Penghambat fosfodiesterase pun tidak di anjurkan berhubung
efek buruknya terhadap sel-sel jantung.
c)
Penghanbat ACE. ACEI
(enalapril, lisinopril, dan lain-lain) dan AT-II-blockers (losartan, valsartan,
irbesartan, dan lain-lain) banyak digunakan pada gagal jantung kronis, juga setelah
infark pada pasien tertentu. Obat-obat ini berkasiat vasodilatasi perifer dan mengurangi
preload maupun afterload darah yakni beban darah masing-masing sebelum dan
sesudah mencapai jantung.
d)
Vasodilator Koroner
juga berefek mengurangi beban jantung, seperti nitroprusida (i.v), prazosin,
dan hidralazin. Obat-obat ini menurunkan afterload dengan jalan vasodilatasi arteri.
Nitrat sebagai dilator vena mengurangi preload darah. Mengenai penggunaan antagonis-Ca
tidak dapat kesepakatan berhubung dengan efek inotrop negatifnya.
e.
Angina
Pectoris
Angin duduk atau angina pectoris terjadi saat otot
jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup karena pembuluh darah arteri
pada jantung menyempit atau tersumbat.
Gejala:
Serangan nyeri hebat di bawah tulang dada (region jantung ) yang sering kali
menjalar ke dua bahu, ada kalanya ke leher dan rahang atau ke lengan yang
dirasakan sangat berat. Terutama timbul bila berjalan (naik tangga, bukit) atau
mengeluarkan tenaga lain segera sesudah makan. Lamanya serangan umumnya antara
5 dan 30 menit.
Penyebabnya:
Penciutan satu atau lebih arteri koroner sampai penyaluran darah ke otot
jantung berkurang, juga akibat kejang yang terjadi selama atau sesudah
mengeluarkan tenaga (exertion) atau emosi. Juga terdapat pola tertentu mengenai
sakit dan frekuensi serangannya. Kekurangan oksigen otot jantung, terjadi pada
pembebanan fisik atau emosional.
Pengobatan:
Keadaan kekurangan darah pada angina dapat diatasi dengan sejumlah
obat, yaitu:
a.
Nitrat organic:
amil nitrit, nitrogliserin, penta eritritol tetranitrat, isosorbid dinitrat,
eritritil tetranitrat. Merupakan pro drug yang setelah
dimetabolisme mengeluarkan zat aktif NO yang menyebabkan relaksasi otot polos. Mekanisme kedua nitrat
organic
adalah bersifat endothelium-dependent, yang berakibat
dilepaskannya prostasiklin (PGI2) dari endothelium yang bersifat vasodilator. Pada keadaan endothelium
mengalami kerusakan, seperti aterosklerosis dan iskemia,
efek ini hilang. Sediaan: tablet
oral, sublingual, salep, transdermal, lepas lambat (bukal), dan intravena.
b.
Betabloker:
asebutolol, atenolol, bisoprolol, nadolol, propranolol, dan lain-lain.
Menurunkan penggunaan oksigen otot jantung dengan cara
menurunkan frekuensi denyut
jantung (efek kronotrop negatif, blok reseptor β1), tekanan darah dan
kontraktilitas. Suplai oksigen meningkat karena penurunan
frekuensi denyut jantung sehingga
perfusi coroner membaik saat diastole. Efek samping: Blokade reseptor β2
dapat menimbulkan bronkhospasme pada pasien dengan
penyakit paru sehingga β– blockers
dikontra indikasikan dengan pasien asma. β-blockers juga menimbulkan
vasokontriksi perifer. Dapat diatasi dengan pemberian
β1-blocker (selektif).
c.
Antagonis Ca
(diltiazem dan verapamil) menghambat masuknya kalsium ke dalam sel
sehingga terjadi relaksasi otot polos vaskuler,
menurunnya kontraksi otot jantung dan menurunnya kecepatan nodus SA serta konduksi AV
(kronotrop negatif). Semua penghambat kanal Ca menyebabkan relaksasi otot arterial, tetapi kurang
terhadap
pembuluh darah vena sehingga kurang memengaruhi beban
preload.
Efek
samping: hipotensi, reflex takikardia.
d.
Terapi kombinasi:
meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping misalnya. Contoh terapi
kombinasi:
1)
Nitrat organic dan beta-blocker:
β-blocker dapat menghambat reflex takikardia dan inotropic positip oleh nitrat
organik;
2)
Penghambat kanal
kalsium dan beta-blocker: β-blocker dapat mengurangi reflex takikardia yang
disebabkan oleh penghambat kanal kalsium;
3)
Penghambat kanal kalsium
dan nitrat organic: bersifat aditif;
4)
Penghambat kanal
kalsium, beta-blocker dan nitrat organic: bila serangan angina tidak membaik
dengan 2 kombinasi obat.
C.
Kardiotonika
(Obat-obat Jantung)
Kardiotonika adalah obat-obat
dengan khasiat memperkuat kontraktilitas otot jantung (efek inotrop positif)
terutama digunakan pada gagal jantung (dekompensasi) untuk memperbaiki fungsi
pompanya. Kelompok kardiotonika terdiri dari: glikosida jantung (digoksin,
metildigoksin, dan digitoksin), dopaminergika (dopamin, ibupamin, dan
dobutamin) dan penghambat fosfodiesterase (amrinon dan milrinon).
1.
Glikosida Jantung
Semua
obat ini berasal dari tumbuhan dan yang terpenting adalah digitalis (fox
glove), sedangkan strofantus (strofantin) sudah menjadi obsolet. Dalam homeopati
banyak digunakan tumbuhan antara lain Thevetia Neriifolia (sejenis Oleander).
Semua glikosida jantung memiliki rumus steroida, seperti hormon kelamin dan
anak ginjal, kolestrol dan vitamin D. Digoksin: Lanoxin Digoksin dan digitoksin
terdapat dalam daun tumbuhan Digitalis purpurea dan D.lanata sebagai aglukon
dari glikosida. Khasiat terpenting yang dimiliki adalah efek inotrop-positif,
dimana volume pukulan, menit dan diuresis diperbesar serta jantung yang
membesar mengecil lagi. Frekuensi denyut pun diturunkan akibat stimulasi nervus
vagus dimana sifat ini bertentangan dengan banyak zat inotrop positif
(adrenalin, derivat xantin, glucagon, dan lain-lain). Di samping itu, zat ini
menghambat penyaluran impuls AV, yang penting pada gangguan ritme serambi (efek
dromotrop negatif). Penggunaannya terutama pada dekompensasi jantung dan
fibrilasi serambi dengan ritme bilik pesat. Efek samping berupa gangguan
lambung-usus: anoreksia, mual, muntah, diare, dan nyeri perut. Efek sentral
yang ditimbulkan: pusing, lemahotot, gelisah, dan konvulsi. Digoksin sering
kali mengakibatkan aritmia jantung, khususnya ekstrasistole dan fibrilasi bilik
berbahaya yang dapat mengakibatkan shock fatal..
2.
Dopaminergika
Dopamin
adalah neurotransmitter sentral yang dipakai sebagai precusor adrenalin. Di
jaringan perifer terdapat dua jenis reseptor, yakni reseptor DA1 dan DA2.
Stimulasi reseptor oleh dopaminergika menghasilkan efek yang sama dengan
khasiat dopamine. Reseptor DA1 terutama berada di otot polos jantung, otak, dan
ginjal. Aktivasi menimbulkan vasodilatasi, memperkuat kontraktilitas jantung,
menderaskan penyaluran darah, ekskresi Na, dan diuresis. Dopaminergika DA1 yang
menstimulasi reseptor DA1 adalah dopamin, dobutamin, dan ibopamin yang khusus
digunakan pada dekompensasi dan shock jantung. Reseptor DA2 terdapat disaraf
dan ganglia simpatis juga dalam jantung dan kulit. Aktivasinya mengakibatkan
penghambatan pelepasan adrenalin. Pada kulit anak ginjal stimulasi pelepasan
aldosteron. Stimulasi reseptor DA2 di adenohipofisis dan chemotrigger zone
(CTZ) menghambat pelepasan prolaktin dan menginduksi muntah. Dopaminergika DA2
menstimulasi reseptor DA2 antara lain bromokriptin serta cabergolin yang
digunakan untuk menekan laktasi postpartum atau setelah abortus.
a.
Dopamin
Neurotransmitter
yang merupakan precusor langsung dari adrenalin dan noradrenalin yang
diinaktifkan olem MAO. Pada dosis rendah bekerja langsung terhadap reseptor DA1
dengan efek vasodilatasi dan penderasan sirkulasi darah ginjal. Pada dosis
sedang menstimulasi reseptor β1 adrenerg dengan efek inotrope positif dan
peningkatan volume-menit jantung. Pada dosis tinggi bekerja secara tak langsung
terhadap reseptor α1 adrenergik dengan efek vasokontriksi dan meningkatnya TD.
Dopamin digunakan pada keadaan shock, antara lain sesudah infark jantung dan
bedah jantung terbuka. Efek sampingnya berupa gangguan ritme, nyeri kepala,
muntah, dan rasa sesak. Dosis yang digunakan pada infus IV pada shock
1-5mcg/kg/menit, pada dekompensasi semula 0,5-1mcg/kg/menit. Dobutamin adalah
derivat sintetis yang primer bekerja memperkuat daya kontraksi jantung akibat
stimulasi reseptor β1-nya.
b.
Ibopamin
Khusus
bekerja terhadap reseptor DA dengan vasodilatasi perifer. Digunakan khusus pada
dekompensasi ringan dan dikombinasikan dengan diuretikum. Efek samping yang
dihasilkan antara lain debar jantung, tachycardia, gangguan ritme dan lambung
usus, nyeri kepala dan pusing, hipotensi dan hipertensi. Interaksi antagonis
dopamin dapat memperlemah efek ibopamin. Adrenolitika dapat memperkuat vasokontriksi
alfa-adrenerg. Dosis yang biasa digunakan oral 3 dd 100 mg a.c atau 2 dd 200 mg
a.c bersama thiazida.
3.
Penghambat
Fosfodiesterase.
Obat-obat
ini berkhasiat inotrop positif dan vasodilatasi. Mekanisme kerja menghambat
phosphodiesterase type-3(PDE-3) di myocard dan pembuluh hingga kadar cAMP
intraseluler dinaikkan. Hal ini mengakibatkan peningkatan resorpsi kalsium
dalam sel myocard dengan efek perbaikan kontraktilitas jantung. Di jaringan
otot polos, kadar cAMP yang meningkat dapat menurunkan penyerapan kalsium
dengan efek vasodilatasi. Penggunaannya terbatas hanya pada klinik untuk terapi
singkat dari bentuk hebat dekompensasi bila obat-obat lain kurang efektif. Obat
yang digunakan antara lain amrinon dan milrinon, sedangkan dipiridamol tidak digunakan
pada dekompensasi melainkan pada angina pectoris. Zat ini juga berkhasiat
menghambat agregasi.
a.
Amrinon
Obat
ini terutama digunakan untuk penanganan singkat (maksimal 48 jam) dekompensasi
kronis yang sukar dikendalikan dengan obat lain. Efek timbul setelah 10 menit
dan tergantung dosis bertahannya antara 0,5-2jam. Plasma t ½ lebih kurang 3,6
jam. Efek samping yang ditimbulkan berupa gangguan lambung-usus, demam,
hipotensi, dan aritmia. Dosis: infus i.v 5-10 mcg/kg/menit. Adapun milrinon
adalah derivat karbonitril dengan khasiat dan penggunaan
Komentar
Posting Komentar