ANTIHIPERTENSI
ANTIHIPERTENSI
A. Pengertian dan Jenis
Hipertensi yaitu suatu kelainan gejala dari gangguan pada regulasi TD. Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.
·
Hipertensi esensial
atau hipertensi primer atau idiopatik yang merupakan lebih dari 90% kasus
hipertensi, adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas.
Penyebabnya merupakan faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetic ,kepekaan
terhadap natrium, stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor,
resistensi insulin dan lain-lain.
Faktor
lingkungan , antara lain diet, merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain
·
Hipertensi sekunder
meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain
disebabkan karena penyakit ginjal (hipertensi renal, misalnya stenosis arteri
renalis, glomerulonephritis, pielonefritis, nefropati diabetic, dan lain-lain),
hipertensi
endokrin (hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, tumor medulla
adrenal/feokromositoma, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, dan lain-lain),
kelainan
saraf pusat (tumor otak, ensefalitis),
B. Gejala
dan Risiko Hipertensi
·
Gejalanya yaitu terjadi
nyeri kepala pada pagi hari dan hilang setelah bangun, baru terasa setelah
beberapa tahun dan dikenali dengan pengukuran tekanan darah.
·
Risiko hipertensi yang
tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan pada antara lain jantung, otak dan
mata.
·
TD yang terlalu tinggi
menyebabkan jantung memompa lebih keras yang akhirnya mengakibatkan
gagal-jantung (decompensatio) dengan rasa sesak dan udema di kaki.
·
Pembuluh juga akan
lebih mengeras guna menahan TD yang meningkat. Pada umumnya risiko terpenting
adalah serangan otak (stroke, dengan kelumpuhan.
C. Klasifikasi
Tekanan Darah Untuk Usia 18 Tahun Atau Lebih Berdasarkan JNC VII, 2003
D. Pengobatan
Hipertensi
Tujuan pengobatan
·
menurunkan TD serendah
mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung dan kualitas hidup.
·
Modifikasi pola hidup
(terapi non-farmakologi).
Modifikasi pola
hidup berguna untuk menurunkan TD pada penderita dan meningkatkan efek
antihipertensi, mencegah peningkatan TD pada yang normal tinggi serta
mengurangi risiko kardiovaskular secara keseluruhan.
1. Turunkan
BB
2. Kurangi
garam
3. Diet
kolesterol
4. Mengurangi
risiko aterosklerosis, perbanyak serat nabati
5. Berhenti
merokok, minum kopi (kofein mengkonstriksi pembuluh darah), alcohol
(meningkatkan tensi diastole)
6. Cukup
istirahat, tidur, latihan relaksasi mental (yoga, chi kung) dan mengurangi
stres
7. Gerak
badan (meningkatkan aktivitas parasimpatis/vasodilatasi dibanding sistem
simpatis): 3 x/minggu jalan (agak) cepat
·
Terapi farmakologi
Pengobatan
dengan antihipertensi harus selalu dimulai dengan dosis rendah agar TD tidak
menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian setiap 2 minggu dosis
dinaikkan sampai tercapai efek yang diinginkan. Begitu pula penghentian terapi
harus secara berangsur pula untuk mencegah bahaya meningkatnya TD dengan kuat
(rebound effect). Antihipertensiva hanya menghilangkan gejala TD tinggi dan
tidak penyebabnya. Maka obat pada hakikatnya harus diminum seumur hidup, tetapi
setelah beberapa waktu dosis pemeliharaan pada umumnya dapat diturunka
Untuk penanganan
hipertensi WHO menganjurkan 5 kelompok obat dengan daya hipotensif dan
efektivitas kurang lebih sama, yaitu: diuretic tiazid, penghambat beta,
antagonis kalsium, ACE-inhibitor dan ATII-receptorblockers. Terapi kombinasi
ternyata sangat efektif karena dapat menurunkan dosis masing-masing obat dan
meningkatkan kepatuhan bila satu sediaan obat mengandung kombinasi 2-3 obat
yang harus diminum satu kali sehari.
Dianjurkan untuk langsung dimulai dengan 2 kombinasi obat pada penderita
dengan TD lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Pilihan obat hipertensi dengan
gangguan lain dan beberapa kombinasi yang dianjurkan:
·
Antihipertensi tunggal
atau kombinasinya dimulai dari pilihan pertama diuretic atau β blockers, atau
kombinasinya. Pilihan kedua adalah ACE inhibitors b.
·
Hipertensi dengan
diabetes tipe 2: kombinasi di atas dapat mencetuskan resistensi insulin dalam
hal ini sebaiknya digunakan suatu penghambat ACE atau β-blockers selektif, bila
terdapat Kontra Indikasi (KI) : baru pakai β -blockers dan antagonis-Ca long
acting. c.
·
Hipertensi dengan gagal
jantung: diuretika, beta-blockers atau ACE-inhibitor.
·
Hipertensi dengan
angina pectoris: beta-blockers atau antagonis-Ca
·
Hipertensi dengan
etinopati diabetis: ACE-inhibitor atau ATII-receptorblockers.
·
Hipertensi setelah
infark jantung: beta-blockers atau ACE-inhibitor.
·
Krisis hipertensi
adalah kondisi yang bercirikan kenaikan mendadak tensi dengan gejala
ensefalopati akut (sakit kepala hebat, gangguan kesadaran, serangan epilepsi).
Pengobatan dilakukan dengan injeksi i.v. nifedipin, enalapril, labetalol,
fentolamin (β -blocker), dan ketanserin dan (5HT2-blocker).
E. Penggolongan
Obat Antihipertensi
·
Diuretika
·
Alfa-reseptor bloker
·
Beta reseptor bloker
·
Obat-obat SSP
·
Antagonis kalsium
·
Penghambat ACEI
·
AT-II reseptor bloker
·
Vasodilator
F. Mekanisme
Kerja Obat Anti Hipertensi
·
Meningkatkan
pengeluaran air dari tubuh : diuretik.
·
Memperlambat kerja
jantung: β-blokers.
·
Memperlebar pembuluh:
vasodilator langsung (hidralazin, minoksidil), antagonis kalsium, ACEI, dan
AT-II blokers.
·
Menstimulasi SSP : α-2
agonis sentral (klonidin, metildopa, guanfasin, reserpin).
·
Mengurangi pengaruh SSO
terhadap jantung dan pembuluh: 1) α -1 blokers (prazosin, doxazosin, terazosin,
ketanserin, urapidil). 2) α -1 dan α -2 blokers : fentolamin. 3) β -blokers :
propanolol, atenolol, metoprolol, pindolol. 4) α, β-blokers : labetolol dan karvedilol
G. Efek
Samping Obat
·
Efek samping umum
hidung mampat
(akibat vasodilatasi mukosa), mulut kering, bradikardia (kecuali vasodilator
langsung: justru tachycardia), rasa letih dan lesu, gangguan penglihatan,
gangguan lambung usus (mual, diare) dan adakalanya impotensi (terutama
obat-obat sentral). ES ini sering bersifat sementara, hilang dalam 1-2 minggu,
dapat dihindari dengan dosis rendah yang berangsur-angsur dinaikkan. Sebaiknya
obat diminum sesudah makan (p.c.) agar kadar obat dalam plasma jangan mendadak
mencapai puncak tinggi (dengan akibat hipotensi kuat
·
Efek samping khusus
1. Hipotensi
ortostatis, yakni turunnya TD lebih kuat bila tubuh tegak (= ortho, Latyn)
daripada dalam keadaan berbaring. Prevalensi pada lansia 5-60%.
2. Depresi
(obat yang bekerja sentral): reserpin dan metildopa juga pada β-blokers yang
bersifat lipofil (propranolol, alprenolol, dan metoprolol).
3. Retensi
garam dan air menyebabkan bertambahnya berat badan atau udema (antagonis Ca,
reserpin, hidralazin, metildopa). ES ini dapat diatasi dengan kombinasi bersama
suatu diuretik.
4. Penurunan
ratio HDL: LDL (tiazid, klortalidon, dan β -blokers).
5. Batuk
kering (ACEI)
Komentar
Posting Komentar