ANTIDEPRESAN
A.Obat Antidepresan
Obat antidepresan adalah
obat-obatan yang mampu memperbaiki suasana jiwa (mood) dengan meringankan
gejala keadaan murung (Tjay T.H, Rahardja, K, 2010). Pemberian obat
antidepresan merupakan salah satu aspek dalam menangani penderita depresi, obat
diharapkan dapat menghilangkan atau menurunkan emosi-emosi negatif dan
memperbaiki mood bagi penderita depresi.
Sebagian besar
obat antidepresan dalam klinis, menghambat baik secara langsung maupun tidak
langsung kerja dari serotonin dan/atau norepinefrin dalam otak (Richard, A.H,
2011). Antidepresan yang tersedia saat ini terdiri dari beragam tipe kimiawi.
Perbedaan ini menjadi dasar untuk membedakan beberapa subgolongan yaitu
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI), Serotonin–Norepinephrine
Reuptake Inhibitors (SNRI), Tetrasiklik (TCA), dan Inhibitor Monoamin Oksidase
(MAOI)).
1.Selectivea
Serotonina Reuptakea Inhibitors (SSRI)
Selectivea
Serotoninaa Reuptakeaa Inhibitors(SSRI) merupakan suatu kelompok obat
antidepresan dengan molekul kimia yang secara spesifik menghambat pengangkut
serotonin (serotonin transporter, SERT) (Chisholm, M.A, 2013). SSRI memiliki
sensitivitas terhadap pengangkutan serotonin sebanyak 300 hingga 3000 kali lebih
besar dibandingkan pengangkut noerepinefrin (Richard, A.H, 2011). Saat ini
terdapat enam SSRI yang paling sering digunakan dalam klinis, yaitu fluoksetin,
sertralin, sitalopram, paroksetin, fluvoksamin, dan esitalopram.
B.
Mekanisme
Serotonin
diproduksi dalam neuron presinaptik secara hidroksilasi dan dekarboksilasi dari
Ltriptopan. Serotonin kemudian masuk ke dalam vesikel, yang akan disimpan
sampai diperlukan untuk neurotransmisi. Setelah adanya stimulasi axon,
serotonin dilepaskan menuju intrasinaptik, reseptor serotonin presinaptik
berfungsi untuk menghambat exocytosis vesikel. Serotonin berikatan dengan
reseptor postsinaptik untuk memberi efek neurotransmisi.
Mekanisme
reuptake mengembalikan serotonin ke dalam sitoplasma neuron presinaptik yang
kemudian disimpan di vesikel. Serotonin dimetabolisme oleh monoamin oksidase
subtipe A (MAO-A) menjadi asam hidroksiindolasetik yang diekskresikan melalui
urin SSRI bekerja memblokir serotonin agar tidak diserap kembali oleh sel saraf
(saraf biasanya mendaur ulang neurotransmitter ini). Hal ini menyebabkan
peningkatan konsentrasi serotonin.
C.
Farmakokinetik
·
Absorbsi: diabsorbsi dengan baik. Kadar puncak
dicapai rata-rata 5 jam.
Hanya
sertraline yang mengalami metabolisme lintas pertama.
·
Distribusi: semua obat didistribusi dengan baik.
Kebanyakan SSRI nemiliki waktu paruh plasma antara 16-36 jam.
·
Ekskresi: SSRI secara primer diekskresikan
melalui ginjal, kecuali paroxetine dan sertraline, yang juga mengalami ekskresi
melalui feses (35-50%). Dosis semua obat SSRI harus disesuaikan pada pasien
dengan gangguan hati
a.
Fluoksetin
·
Efek: Fluoksetin merupakan contoh antidepresan
yang selektif menghambat ambilan serotonin. Obat ini sama manfaatnya dengan
antidepresan triksiklik dalam pengobatan depresi mayor. Obat ini bebas dari
efek samping antidepresan triksiklik, terutama antikolinergik, hipotensi
ortostatik dan peningkatan berat badan.
·
Penggunaan dalam terapi: indikasi utama
fluoksetin, yang lebih unggul daripada antidepresan triksiklik, adalah depresi.
digunakan pula untuk mengobati bulimia nervosa dan gangguan obsesi kompulsif.
Untuk berbagai indikasi lain, termasuk anoreksia nervosa, gangguan panik, nyeri
neuropati diabetik dan sindrom premenstrual.
·
Dosis: Dosis diberikan secara oral. Dosis awal
dewasa 20mg/hari diberikan setiap pagi, bila tidak diperoleh efek terapi
setelah beberapa minggu, dosis dapat ditingkatkan 20mg/hari hingga 30mg/hari.
·
Farmakokinetik: Fluoksetin dalam terapi terdapat
sebagai campuran R dan enantiomer S yang lebih aktif. Kedua senyawa mengalami
demetilasi menjadi metabolit aktif, norfluoksetin. Fluoksetin dan norfluoksetin
dikeluarkan secara lambat dari tubuh dengan waktu paruh 1 sampai 10 hari untuk
senyawa asli dan 3-30 hari untuk metabolit aktif. Fluoksetin merupakan
inhibitor kuat untuk isoenzim sitokrom P-450 hati yang berfungsi untuk
eliminasi obat antidepresan triksiklik, obat neuroleptika dan beberapa obat
antiaritmia dan antagonis adrenergik (Gunawan, 2007).
b.
Paroksetin
Dimetabolisme
oleh CYP 2D6, masa paruh 22 jam. Obat ini dapat meningkatkan kadar klozapin,
teofilin dan warfarin. Iritabilitas terjadi pada penghentian obat secara
mendadak
c.
Sertralin
Suatu SSRI
serupa fluoksetin, tetapi bersifat lebih selektif terhadap SERT (transporter
serotonin) dan kurang selektif terhadap DAT (transporter dopamine). sama dengan
fluoksetin dapat meningkatkan kadar benzodiasepin, klozapin dan warfarin
(Potter, Z., 2012).
d.
Fluvoksamin
Efek sedasi dan
efek muskariniknya kurang dari fluoksetin. Obat ini cenderung meningkatkan
metabolit oksidatif benzodiazepin, klozapin, teofilin, dan warfarin, karena
menghambat CYP 1A2, CYP 2C19 dan CYP 3A3/4
e.
R-S-SITALOPRAM dan S-SITALOPRAM
Selektivitasnya
terhadap SERT paling tinggi. Tidak jelas apakah berarti secara klinis.
Metabolismenya oleh CYP 3A4 dan CYP 2C19 meningkatkan interaksinya dengan obat
lain
f.
Trazodon
Trazodon
menghambat ambilan serotonin di saraf, ambilan norepinefrin dan dopamine tidak
dipengaruhi. Trazodon berguna bagi pasien depresi disertai ansietas. Obat ini
menimbulkan hipotensi otrostatik, namun biasanya hilang dalam 4-6 jam.
D.
Indikasi
Indikasi primer
SSRI adalah untuk depresi, yang sama efektifnya dengan antidepresan trisiklik.
Sejumlah gangguan psikiatrik lainnya juga memberikan respon yang baik terhadap
SSRI, meliputi gangguan obsesif-kompulsif (indikasi satu-satunya untuk
fluoxamine), GAD, PTSD, PMDD, gangguan panik, bulimia nervosa, gangguan
kepribadian ambang (Goodman and Gilman, 2012). Kepopuleran SSRI terutama
berasal dari kemudahan pemakaiannya, keamanannya pada kelebihan dosis,
toleransi yang relatif, biaya dan spektrum pemakaian yang luas
E.
Interaksi obat
Interaksi
farmakodinamik yang berbahaya akan terjadi bila SSRI dikombinasikan dengan
penghambat MAO, yaitu akan terjadi peningkatan efekserotonin secara berlebihan
yang disebut sindrom serotonin (Kaplan, 2010). Gejala berupa hipertermia,
kekakuan otot, kejang, kolaps kardiovaskular dan gangguan perilaku serta
gangguan tanda vital. Trazodon mengantagonis efek hipotensif klonidin dan
metildopa dan menaikkan kada plasma fenitoin dan digoksin. Berhubung efek
sedatifnya harus digunakan hati-hati bersama dengan depresi SSP yang lain,
termasuk alkohol.
F.
Efek Samping Obat Golongan SSRI
·
Disfungsi Seksual
Inhibisi seksual
merupakan efek samping SSRI yang paling lazim ditemukan dengan insiden antara
50 dan 80%. Semua SSRI tampak sama besar kemungkinannya untuk menimbulkan
disfungsi seksual. Keluhan yang paling lazim adalah hambatan orgasme dan
menurunnya libido, yang bergantung dosis. Tidak seperti sebagian besar efek samping
SSRI lain, inhibisi seksual tidak pulih pada minggu-minggu pertama penggunaan
tetapi biasanya berlanjut selama obat dikonsumsi. Terapi untuk disfungsi
seksual yang ditimbulkan oleh SSRI mencakup pengurangan dosis dan mengganti ke
obat yang kurang menimbulkan disfungsi seksual, seperti bupropion, obat
tertentu seperti Yohimbine (Yocon), cyproheptadine (Periactin), atau agonis
reseptor dopamine, dan mengantagonis efek samping seksual.
G.
Efek samping pada Sistem Saraf Pusat
·
Ansietas.
Fluoxetine
adalah SSRI yang paling besar kemungkinannya untuk menimbulkan ansietas,
terutama pada minggu-minggu pertama. Meskipun demikian efek awal ini biasanya
memberikan cara untuk pengurangan keseluruhan ansietas setelah beberapa minggu.
Meningkatnya ansietas jauh lebih jarang disebabkan oleh SSRI lain, yang mungkin
dapat menjadi pilihan yang lebih baik jika sedasi diinginkan, seperti pada
campuran ansietas dan gangguan depresif.
·
Insomnia dan Sedasi.
Efek utama SSRI
pada insomnia dan sedasi adalah perbaikan tidur karena terapi depresi dan
ansietas. Meskipun demikian, sebanyak seperempat orang yang mengkonsumsi SSRI
memperlihatkan adanya kesulitan tidur atau somnolen yang berlebihan. Flouxetine
paling besar kemungkinan untuk menimbulkan insomnia sehingga seringnya diberikan
pada pagi hari. SSRI lain secara seimbang memiliki kecendrungan menimbulkan
insomnia serta somnolen, dan citalopram, escitalopram, dan paroxetine lebih
besar kemungkinannya menimbulkan somnolen dibandingkan insomnia. Dengan
paroxetine, orang biasanya melaporkan bahwa mengkonsumsi obat sebelum istirahat
tidur membantu mereka untuk tidur lebih baik, tanpa somnolen residual di siang
hari. Insomnia yang dicetuskan SSRI dapat diterapi dengan benzodiazepine,
trazodone (Desyrel) (klinisi harus menjelaskan risiko terjadinya priapismus),
atau obat sedasi lain.
H.
Reaksi Alergi dan Endokrin
SSRI dapat
meningkatkan kadar prolaktin dan menyebabkan mamoplasia serta galaktorea pada
laki-laki dan perempuan. Perubahan payudara bersifat reversible pada
penghentian obat, tetapi dapat membutuhkan waktu beberapa bulan. Berbagai tipe
ruam muncul pada kira-kira 4% pasien. Pada sekelompok kecil pasien ini, reaksi
alergi dapat menyeluruh dan meliputi system paru, sehingga dapat (jarang)
menimbulkan kerusakan fibrotic serta dispnea. Terapi SSRI dapat dihentikan pada
pasien dengan ruam akibat obat.
Komentar
Posting Komentar